Minggu, 02 Oktober 2016

Pembahasan Geometry Problem

      Geometri didefinisikan sebagai cabang matematika yang mempelajari tentang titik garis, bidang dan benda-benda ruang serta sifat-sifatnya, ukuran-ukurannya dan hubungan satu dengan yang lain. Geometri dapat dipandang sebagai suatu studi tentang ruang fisik (Muharti, 1986). Sedangkan tujuan dalam mempelajari geometri menurut Susanta (1996) adalah mengembangkan berpikir secara logis, mengembangkan daya tilik ruang (spatial sense) bagi dunia nyata, sedangkan menurut Clements dan Batista (1990) adalah menunjang mata pelajaran yang lain. Daya titik ruang sangat diperlukan sebagaimana digunakan untuk menafsirkan, memahami, mempelajari dunia geometri dan merupakan salah satu dari kompetensi intelektual manusia. Daya titik ruang sangat penting untuk pemikiran ilmiah dan dapat digunakan untuk memecahkan masalah.
         Banyak konsep matematika lebih mudah dipahami jika disajikan dengan bahasa geometri. Untuk dapat mempelajari geometri dengan baik, siswa dituntut untuk menguasai kemampuan dasar geometri, keterampilan dalam membuktikan, keterampilan membuat lukisan dasar geometri dan mempunyai daya titik ruang yang memadai Susanta (1996). Sedangkan menurut Burger dan Culpepper (1993) Pengajaran geometri melatih berpikir secara nalar, juga melatih pengenalan struktur.
Kemampuan psikomotor juga dibutuhkan dan digunakan dalam pembelajaran geometri. Hal ini tampak terlihat jelas pada lukisan geometri. Walaupun 1ukisan bukan termasuk obyek geometri karena membicarakan benda-benda konkret yaitu gambar titik (noktah), gambar garis (goresan), dan lingkaran, tetapi lukisan mempunyai nilai pendidikan yang tinggi (Wirasto, 1973). .
          Hoffer (Meserve dan Meserve, 1984) mengemukakan lima keterampilan dasar dalam belajar geometri yaitu keterampilan visual, verbal, menggambar, logika dan terapan. Masing-masing keterampilan tidak dapat berdiri sendiri tetapi dalam belajar geometri bersifat komprehensif. Lima keterampilan di antaranya adalah:

A. Keterampilan Visual (K1)
Keterampilan visual meliputi daya untuk: mengenal bermacam bangun datar dan bangun ruang; mengamati bagian-bagian dari sebuah bangun dan keterkaitan bagian satu dengan bagian yang lain; menemutunjukkan pusat simetri, sumbu simetri dan bidang simetri dan gambar sebuah bangun; mengklasifikasi bangun-bangun geometri menurut ciri-ciri yang diamati; mengumpulkan informasi lanjut berdasarkan pengamatan visual; dan mempresentasikan representasi (model) geometri, atau contoh penyangkal, yang menyatakan secara implisit oleh data dalam suatu sistem matematika deduktif.

B. Keterampilan Verbal (K2)
Keterampilan verbal meliputi daya untuk: menemutunjukkan bermacam bangun geometri menurut namanya; memvisualisasikan bangun geometri menurut deskripsi verbalnya; mengungkapkan bangun geometri dan sifat sifatnya; merumuskan definisi yang tepat dan benar; mengungkapkan hubungan antar bangun; mengenali struktur logis dari masalah verbal; dan merumuskan pernyataan generalisasi dan abstraksi.

C. Keterampilan menggambar (K3)
Keterampilan menggambar meliputi daya untuk: mensketsa gambar bangun dan melabel titik-titik tertentu; mensketsa gambar bangun menurut deskripsi variabelnya; menggambar atau mengonstruksi gambar bangun berdasarkan sifat-sifat yang diberikan; mengonstruksi gambar bangun yang mempunyai kaitan tertentu dengan gambar-gambar yang diberikan; mensketsa bagian-bagian bidang dan interseksi gambar-gambar bangun yang diberikan; menambahkan unsur-unsur tambahan yang berguna pada sebuah gambar bangun; mengenal peranan (dan keterbatasan) sketsa dan gambar bangun yang terkonstruksi; dan mensketsa atau mengonstruksi model geometri atau contoh penyangkal.

D. Keterampilan logika (K4)
Keterampilan logika meliputi daya untuk : mengenal perbedaan dan kesamaan antar bangun geometri; mengenal bangun geometri yang dapat diklasifikasikan menurut sifat-sifatnya; menentukan apakah sebuah gambar, masuk atau tidak dalam kelas tertentu;. memahami dan menerapkan sifat-sifat penting dan definisi; menemutunjukkan akibat-akibat logis dari data-data yang diberikan; mengembangkan bukti-bukti yang logis; dan mengenal peranan dan keterbatasan metode deduktif.

E. Keterampilan terapan (K5)
Keterampilan terapan meliputi daya untuk : mengenal model fisik dan bangun geometri; mensketsa atau mengonstruksi model geometri berdasarkan objek fisiknya; menerapkan sifat-sifat dan model geometri pada sifat-sifat terkaan dan objek fisik atau himpunan objek fisik; mengembangkan model-model geometri untuk fenomena alam; himpunan elemen di Ilmu Pengetahuan Alam dan himpunan elemen dalam Ilmu Pengetahuan Sosial; dan menerapkan model-model geometri dalam pemecahan masalah.

Permasalahan-permasalahan tidak hanya bersumber dari diri siswa tetapi juga ada faktor yang lain. Sebagaimana diungkapkan Suwarsono (2000) bahwa ada beberapa permasalahan-permasalahan dalam pembelajaran geometri di sekolah. Permasalahan-permasalahan. dalam pembelajaran geometri di sekolah antara lain:

Aspek-aspek dan materi pembelajaran geometri meliputi; apa yang sudah materi pelajaran yang ada terlalu padat jika dikaitkan dengan waktu yang kapasitas belajar siswa pada umumnya.

         Cleinents dan Battista (1990) mengungkapkan bahwa hasil evaluasi terhadap siswa-siswa SMP dan sekolah menengah di Amerika Serikat menggambarkan bahwa mereka gagal mempelajari konsep dasar geometri. Di samping itu siswa sekolah menengah mengalami kesulitan ketika menyelesaikan tugas menulis bukti geometri, menyelesaikan tes pengetahuan isi geometri standar dan menyelesaikan tes geometri akhir program. Demikian juga banyak siswa sekolah menengah tidak cukup memahami unsur-unsur geometri yang diperlukan untuk mendeskripsikan hubungan geometris. Rendahnya penguasaan materi geometri tidak hanya terjadi pada siswa-siswa, tetapi juga terjadi pada guru-guru matematika sekolah menengah. Pembelajaran geometri di sekolah sebaiknya diarahkan pada penyelidikan dan pemanfaatan ide-ide serta hubungan-hubungan antara sifat-sifat geometri. Dalam belajar geometri siswa diharapkan dapat memvisualisasikan, menggambarkan serta membandingkan bangun-bangun geometri dalam berbagai posisi, sehingga murid dapat memahaminya. Menurut Kutz (1991) dalam pembelajaran geometri perlu penekanan akan sifat-sifat bangun geometri, hubungan-hubungan di antara sifat-sifat bangun geometri, pengembangan daya tilik ruang, serta penggunaan geometri dalam pemecahan masalah. Daya tilik ruang menurut Fuys & Liouv (1993) adalah daya tilik seseorang yang ditujukan kepada lingkungannya. Sedangkan menurut Soemadi (2000), daya tilik ruang merupakan suatu bagian penting dari geometri dan pembelajaran geometri. Menurut Grande (1987),  daya tilik ruang adalah daya mengenai dan membedakan rangsangan-rangsangan yang berkaitan dengan ruang dan untuk menginterpretasikan rangsangan itu perlu dikaitkan dengan pengalaman sebelumnya. Grande mengemukakan bahwa daya tilik ruang dan daya kognitif dalam geometri adalah berbanding lurus.
Peningkatan daya tilik ruang akan meningkatkan daya kognitif  dalam geometri dan sebaliknya. Daya tilik ruang mempunyai empat komponen yaitu daya: (1) visualisasi ruang, (2) penalaran ruang; 3) persepsi ruang; dan (4) membayangkan ruang.

             Piaget dan Inhelder (Moeharti, 2000) mengemukakan teori tentang konsep daya titik ruang anak yaitu: pertama, daya tilik ruang dibangun melalui organisasi progresif dan tindakan internal anak menghasilkan sistem-sistem operasional, daya titik ruang bukan hasil pengamatan dari ruang di sekitarnya. Kedua, organisasi progresif gagasan geometri mengikuti urutan tertentu yaitu urutan yang bersifat logis dari pada bersifat historis. Pada permulaan disusun hubungan topologis dan kemudian hubungan proyektif.
Nindyo (2000) menemukan kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa dengan pola yang relatif sama. Bentuk kesalahan itu adalah siswa tidak terlatih dalam pembuktian secara deduktif, belum mampu menggunakan aksioma, definisi, teorema untuk memecahkan masalah pembuktian, daya logika yang lemah. Bentuk kesalahan yang lain adalah rancu dalam menggunakan istilah atau tidak tertib dalam menggunakan kesepakatan. Misalnya siswa mengacaukan antara notasi garis, ruas garis, sinar garis, panjang ruas, garis, serta sudut dan besar sudut.

             Temuan penelitian Budiarto (2000) menunjukkan siswa membuat kesalahan dalam menganalisis soal, hal ini terlihat dari siswa kurang memperhatikan ada tidaknya informasi dan suatu masalah yang diberikan. Dalam memecahkan masalah tidak jarang siswa tidak tahu apa yang diketahui dan apa yang akan dibuktikan dari masalah yang diberikan. Siswa tidak dapat menggunakan apa yang diketahui atau menggunakan apa yang akan dibuktikan sebagai yang diketahui. Siswa hanya memahami geometri dalam waktu sesaat (saat dibangku sekolah). Siswa tidak dapat mengaitkan pengetahuan satu dengan pengetahuan yang lain dalam geometri apalagi dengan bidang lain dalam matematika di luar geometri. Di sisi lainnya siswa kurang ulet dan mudah putus asa jika menghadapi permasalahan geometri yang penuh tantangan, apalagi jika berkenaan dengan masalah pembuktian.


Sumber: https://makmunhidayat.wordpress.com/2010/06/20/geometri-dan-permasalahannya/

0 komentar:

Posting Komentar